Oleh: Dr. Widodo Judarwanto Sp.A
KOMPAS.com – Imunisasi adalah investasi terbesar bagi anak di masa depan. Imunisasi adalah hak anak yang tidak bisa ditunda dan diabaikan sedikitpun. Imunisasi sudah terbukti manfaat dan efektivitasnya dan teruji keamanannya secara ilmiah dengan berdasarkan kejadian berbasis bukti.
Tetapi masih banyak saja orangtua dan kelompok orang yang menyangsikannya. Setiap tahun ada sekitar 2,4 juta anak usia kurang dari 5 tahun di dunia yang meninggal karena penyakit-penyakit yang dapat dicegah oleh vaksinasi. Di Indonesia, sekitar 7 persen anak belum mendapatkan vaksinasi. Salah satu masalah utama yang menghambat keberhasilan program imunisasi adalah penyebaran informasi yang tidak benar dan menyesatkan tentang imunisasi.
Hal itu adalah wajar terjadi karena demikian banyak informasi yang beredar yang tidak berdasarkan pemikiran dan dasar ilmiah meski dilakukan oleh seorang dokter. Hambatan lain adalah munculnya kelompok-kelompok antivaksinasi yang menyebabkan kampanye hitam dengan membawa faktor agama dan budaya.
Biasanya, kelompok tertentu yang menyebarkan kampanye hitam imunisasi demi kepentingan pribadi khususnya dalam kepentingan bisnis terselubung yang mereka lakukan. Sebagian kelompok ini adalah yang berdiri dibelakang oknum pelaku naturopathy, food combining, homeopathy atau bisnis terapi herbal.
Inilah 20 Mitos Tidak benar Yang Disebarkan Kampanye Hitam Anti Imunisasi :
1. Imunisasi tidak aman. Tidak Benar. Saat ini 194 negara terus melakukan vaksinasi untuk bayi dan balita. Badan resmi yang meneliti dan mengawasi vaksin di negara tersebut umumnya terdiri atas para dokter ahli penyakit infeksi, imunologi, mikrobiologi, farmakologi, epidemiologi, dan biostatistika. Sampai saat ini tidak ada negara yang melarang vaksinasi, justru semua negara berusaha meningkatkan cakupan imunisasi lebih dari 90% .
2. Terdapat “ilmuwan” menyatakan bahwa imunisasi berbahaya. Tidak benar imunisasi berbahaya. “Ilmuwan” yang sering dikutip di buku, tabloid, milis ternyata bukan ahli vaksin, melainkan ahli statistik, psikolog, homeopati, bakteriologi, sarjana hukum, wartawan. sehingga mereka tidak mengerti betul tentang vaksin. Sebagian besar mereka bekerja pada era tahun 1950- 1960, sehingga sumber datanya juga sangat kuno.
3. “Ilmuwan kuno” yang sering dikutip informasi di media masa atau media elektronik lainnya adalah ahli vaksin. Tidak benar. Mereka semua bukan ahli vaksin. Contoh : Dr Bernard Greenberg (biostatistika tahun 1950), DR. Bernard Rimland (Psikolog), Dr. William Hay (kolumnis), Dr. Richard Moskowitz (homeopatik), dr. Harris Coulter, PhD (penulis buku homeopatik, kanker), Neil Z. Miller, (psikolog, jurnalis), WB Clark (awal tahun 1950), Bernice Eddy (Bakteriologis tahun 1954), Robert F. Kenedy Jr (sarjana hukum) Dr. WB Clarke (ahli kanker, 1950an), Dr. Bernard Greenberg (1957-1959), Dr. William Hay, penulis buku “Immunisation: The Reality behind the Myth”(penggagas food combioning). Neil Z. Miller sering disebut sebagai peneliti vaksin internasional ternyata adalah medical research journalist dan natural health advocate.
4. Dokter Wakefield adalah “ahli vaksin”, membuktikan MMR menyebabkan autisme. Tidak benar. Wakefield juga bukan ahli vaksin, dia dokter spesialis bedah. Penelitian Wakefield tahun 1998 hanya dengan sample 18. Banyak penelitian lain oleh ahli vaksin di beberapa negara menyimpulkan MMR tidak terbukti mengakibatkan autis. Setelah diaudit oleh tim ahli penelitian, terbukti bahwa Wakefield memalsukan data, sehingga kesimpulannya salah. Hal ini telah diumumkan di majalah resmi kedokteran Inggris British Medical Journal Februari 2011.
5. Imunisasi sebabkan autisme. Tidak benar. Beberapa institusi atau badan dunia di bidang kesehatan yang independen dan sudah diakui kredibilitasnya juga melakukan kajian ilmiah dan penelitian tentang tidak adanya hubungan imunisasi dan autisme. Dari hasil kajian tersebut, dikeluarkan rekomendasi untuk tenaga profesional untuk tetap menggunakan imunisasi MMR dan thimerosal karena tidak terbukti mengakibatkan Autisme. The All Party Parliamentary Group on Primary Care and Public Health pada bulan Agustus 2000, menegaskan bahwa MMR aman.
Dengan memperhatikan hubungan yang tidak terbukti antara beberapa kondisi seperti inflammatory bowel disease (gangguan pencernaan) dan autisme adalah tidak berdasar. WHO (World Health Organisation), pada bulan Januari 2001 menyatakan mendukung sepenuhnya penggunaan imunisasi MMR dengan didasarkan kajian tentang keamanan dan efikasinya. Beberapa institusi dan organisasi kesehatan bergengsi di Inggris pada Januari 2001 setelah mengadakan pertemuan dengan pemerintahan Inggris mengeluarkan pernyataan bersama yaitu MMR adalah vaksin yang sangat efektif dengan laporan keamanan yang sangat baik.
The American Academy of Pediatrics (AAP), organisasi profesi dokter anak di Amerika Serikat pada tanggal 12 – 13 Juni 2000 mengadakan konferensi dengan topik “New Challenges in Childhood Immunizations” di Oak Brook, Illinois Amerika Serikat yang dihadiri para orang tua penderita autisme, pakar imunisasi kesehatan anak dan para peneliti. Pertemuan tersebut merekomendasikan bahwa tidak terdapat hubungan antara MMR dan autisme. Menyatakan bahwa pemberian imunisasi secara terpisah tidak lebih baik dibandingkan MMR, malahan terjadi keterlambatan imunisasi MMR. Selanjutnya akan dilakukan penelitian lebih jauh tentang penyebab autisme.
6. Thimerosal dalam kandungan autism sebagai penyebab autisme. Tidak benar. Penelitian yang mengungkapkan bahwa thimerosal tidak mengakibatkan Autis dilakukan oleh berbagai penelitian di antaranya dilakukan oleh Kreesten M. Madsen dkk dari berbagai intitusi di Denmark. Mereka mengadakan penelitian bersama terhadap anak usia 2 hingga 10 tahun sejak tahun 1970 hingga tahun 2000. Mengamati 956 anak sejak tahun 1971 hingga 2.000 anak dengan autis. Sejak thimerosal digunakan hingga tahun 1990 tidak didapatkan kenaikkan penderita auitis secara bermakna. Kemudian sejak tahun 1991 hingga tahun 2000 bersamaan dengan tidak digunakannya thimerosal pada vaksin ternyata jumlah penderita autis malah meningkat drastis. Kesimpulan penelitian tersebut adalah tidak ada hubungan antara pemberian thimerosal dengan autis. Demikian juga Stehr-Green P dkk, Department of Epidemiology, School of Public Health and Community Medicine, University of Washington, Seattle, WA, bulan Agustus 2003 melaporkan antara tahun 1980 hingga 1990 membandingkan prevalensi dan insiden penderita autisme di California, Swedia, dan Denmark yang mendapatkan ekposur dengan imunisasi thimerosal. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa insiden pemberian thimerosal pada autisme tidak menunjukkan hubungan yang bermakna.
Geier DA dalam Jurnal Americans Physicians Surgery tahun 2003, menungkapkan bahwa thimerosal tidak terbukti mengakibatkan gangguan neurodevelopment (gangguan perkembangan karena persarafan) dan penyakit jantung. Melalui forum National Academic Press tahun 2001, Stratton K dkk melaporkan tentang keamanan thimerosal pada vaksin dan tidak berpengaruh terhadap gangguan gangguan neurodevelopment (gangguan perkembangan karena persarafan). Sedangkan Hviid A dkk dalam laporan di majalah JAMA 2004 mengungkapkan penelitian terhadap 2.986.654 anak per tahun didapatkan 440 kasus autis. Dilakukan pengamatan pada kelompok anak yang menerima thimerosal dan tidak menerima thimerosal. Ternyata tidak didapatkan perbedaan bermakna. Disimpulkan bahwa pemberian thimerosal tidak berhubungan dengan terjadinya autis.
Menurut penelitian Eto, menunjukkan manifestasi klinis autis sangat berbeda dengan keracunan merkuri. Sedangkan Aschner, dalam penelitiannya menyimpulkan tidak terdapat peningkatan kadar merkuri dalam rambut, urin dan darah anak Autis. Pichichero melakukan penelitian terhadap 40 bayi usia 2-6 bulan yang diberi vaksin yang mengandung thimerosal dan dibandingkan pada kelompok kontrol tanpa diberi thimerosal. Setelah itu dilakukan evaluasi kadar thimerosal dalam tinja dan darah bayi tersebut. Ternyata thimerosal tidak meningkatkan kadar merkuri dalam darah, karena etilmerkuri akan cepat dieliminasi dari darah melalui tinja. Selain itu masih banyak lagi peneliti melaporkan hasil yang sama, yaitu thimerosal tidak mengakibatkan autisme.
7. Semua vaksin terdapat zat-zat berbahaya yang dapat merusak otak ? Tidak benar. Isu itu karena “ilmuwan” tersebut di atas tidak mengerti isi vaksin, manfaat, dan batas keamanan zat-zat di dalam vaksin. Contoh: jumlah total etil merkuri yang masuk ke tubuh bayi melalui vaksin sekitar 2 mcg/kgbb/minggu, sedangkan batas aman menurut WHO adalah jauh lebih banyak (159 mcg/kgbb/minggu). Oleh karena itu vaksin mengandung merkuri dengan dosis yang sangat rendah dan dinyatakan aman oleh WHO dan badan-badan pengawasan lainnya.
8. Vaksin terbuat dari nanah, dibiakkan di janin anjing, babi, manusia yang sengaja digugurkan? Tidak benar. Isu itu bersumber dari “ilmuwan” 50 tahun lalu (tahun 1961-1962). Pengetahuan imunologi, biomolekuilar vaksin dan tknologi pembuatan vaksin berkembang sangat pesat. Sekarang tidak ada vaksin yang terbuat dari nanah atau dibiakkan embrio anjing, babi, atau manusia. Metode baru dan teknologi paling modern dari manipulasi biomolekuler telah diyakini teknologi vaksin baru sekarang memasuki “zaman keemasan.” Perbaikan vaksin sangat mungkin dilakukan di masa depan untuk mendapatkan keamanan dan efektifitas vaksin lebih hebat lagi
9. Imunisasi tak masuk akal bermanfaat. Tidak benar. Pendapat yang menyesatkan yang tidak berdasarkan kajian ilmiah dan penelitian ilmiah dikeluarkan oleh Dr. William Hay seorang dokter yang bergerak di bidang food combining, dalam buku “Immunisation: The Reality behind the Myth””Tak masuk akal memikirkan bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses tertentu akan meningkatkan kesehatan. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit, tubuh akan mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan memasukkan racun apapun juga ke dalamnya.” Padahal sampai saat ini 194 negara di seluruh dunia yakin bahwa imunisasi aman dan bermanfaat mencegah wabah, sakit berat, cacat, dan kematian pada bayi dan balita. Terbukti 194 negara tersebut terus menerus melaksanakan program imunisasi, termasuk negara dengan sosial ekonomi tinggi dan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dengan cakupan umumnya lebih dari 85 %. Ribuan penelitian tentang efikasi dan manfaat vaksi secara biomolekular dan secara statistik bermanfaat secara bermakna.
10. Vaksin mengandung lemak babi ? Tidak benar. Hanya sebagian kecil dari vaksin yang pernah bersinggungan dengan tripsin pada proses pengembangan maupun pembuatannya seperti vaksin polio injeksi (IPV) dan meningitis. Pada vaksin meningitis, pada proses penyemaian induk bibit vaksin tertentu 15 – 20 tahun lalu, ketika panen bibit vaksin tersebut bersinggungan dengan tripsin pankreas babi untuk melepaskan induk vaksin dari persemaiannya. Tetapi kemudian induk bibit vaksin tersebut dicuci dan dibersihkan total, sehingga pada vaksin yang disuntikkan tidak mengandung tripsin babi. Atas dasar itu maka Majelis Ulama Indonesia berpendapat vaksin itu boleh dipakai, selama belum ada penggantinya. Contohnya vaksin meningokokus (meningitis) haji diwajibkan oleh Saudi Arabia bagi semua jemaah haji untuk mencegah radang otak karena meningokokus.
11. Vaksin yang dipakai di Indonesia buatan Amerika ? Tidak benar. Vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Bio Farma Bandung, yang merupakan BUMN, dengan 98,6% karyawannya adalah Muslim. Proses penelitian dan pembuatannya mendapat pengawasan ketat dari ahli-ahli vaksin di BPOM dan WHO. Vaksin-vaksin tersebut juga diekspor ke 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam, seperti Iran dan Mesir. Vaksin yang digunakan oleh program imunisasi di Indonesia adalah buatan PT Biofarma Bandung. Vaksin-vaksin tersebut dibeli dan dipakai oleh 120 negara, termasuk 36 negara dengan penduduk mayoritas beragama Islam
12. Program imunisasi hanya di negara Muslim dan miskin agar menjadi bangsa yang lemah? Tidak benar. Imunisasi saat ini dilakukan di 194 negara, termasuk negara-negara maju dengan status sosial ekonomi tinggi, dan negara-negara non-Muslim. Kalau imunisasi bisa melemahkan bangsa, maka mereka juga akan lemah, karena mereka juga melakukan program imunisasi, bahkan lebih dulu dengan jenis vaksin lebih banyak. Kenyataanya : bangsa dengan cakupan imunisasi lebih tinggi justru lebih kuat. Jadi terbukti bahwa imunisasi justru memperkuat kekebalan terhadap penyakit infeksi, bukan melemahkan.
13. Di Amerika banyak kematian bayi akibat vaksin ? Tidak benar. Isu itu karena penulis tidak faham data Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) FDA Amerika tahun 1991-1994, yang mencatat 38.787 laporan kejadian ikutan pasca imunisasi, oleh penulis angka tersebut ditafsirkan sebagai angka kematian bayi 1 – 3 bulan. Kalau memang benar angka kematian begitu tinggi tentu FDA AS akan heboh dan menghentikan vaksinasi. Faktanya Amerika tidak pernah meghentikan vaksinasi bahkan mempertahankan cakupan semua imunisasi di atas 90 %. Angka tersebut adalah semua keluhan nyeri, gatal, merah, bengkak di bekas suntikan, demam, pusing, muntah yang memang rutin harus dicatat kalau ada laporan masuk. Kalau ada 38.787 laporan dari 4,5 juta bayi berarti KIPI hanya 0,9 %.
14. Banyak bayi balita meninggal pada imunisasi masal campak di Indonesia ? Tidak benar. Setiap laporan kecurigaan adanya kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) selalu dikaji oleh Komnas/Komda KIPI yang terdiri dari pakar-pakar penyakit infeksi, imunisasi, imunologi. Setelah dianalisis dari keterangan keluarga, dokter yang merawat di rumah sakit, hasil pemeriksaan fisik, dan laboratorium, ternyata balita tersebut meninggal karena radang otak, bukan karena vaksin campak. Pada bulan itu ada beberapa balita yang tidak imunisasi campak juga menderita radang otak. Berarti kematian balita tersebut bukan karena imunisasi campak, tetapi karena radang otak.
15. Demam, bengkak, merah setelah imunisasi adalah bukti vaksin berbahaya? Tidak benar. Demam, merah, bengkak, gatal di bekas suntikan adalah reaksi wajar setelah vaksin masuk ke dalam tubuh. Seperti rasa pedas dan berkeringat setelah makan sambal adalah reaksi normal tubuh kita. Umumnya keluhan tersebut akan hilang dalam beberapa hari. Boleh diberi obat penurun panas, dikompres. Bila perlu bisa konsul ke petugas kesehatan terdekat.
16. Program imunisasi gagal? Tidak benar. Isu-isu tersebut bersumber dari data yang sangat kuno (50-150 tahun lalu) hanya dari 1 – 2 negara saja, sehingga hasilnya sangat berbeda dengan hasil penelitian terbaru, karena vaksinnya sangat berbeda. Isu vaksin cacar variola gagal, berdasarkan data yang sangat kuno, di Inggris tahun 1867 – 1880 dan Jepang tahun 1872-1892. Fakta terbaru sangat berbeda, bahwa dengan imunisasi cacar di seluruh dunia sejak tahun 1980 dunia bebas cacar variola. Isu vaksin difteri gagal, berdasarkan data di Jerman tahun 1939. Fakta sekarang: vaksin difteri dipakai di seluruh dunia dan mampu menurunkan kasus difteri hingga 95 %. Isu pertusis gagal hanya dari data di Kansas dan Nova Scottia tahun 1986. Isu vaksin campak berbahaya hanya berdasar penelitian 1989-1991 pada anak miskin berkulit hitam di Meksiko, Haiti dan Afrika.
17. Program imunisasi gagal, karena setelah diimunisasi bayi balita masih bisa tertular penyakit tersebut ? Tidak benar. Program imunisasi di seluruh dunia tidak pernah gagal. Perlindungan vaksin memang tidak 100%. Bayi dan balita yang telah diimunisasi masih bisa tertular penyakit, tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Banyak penelitian imunologi dan epidemiologi di berbagai membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik terhadap penyakit-penyakit berbahaya. Mereka mudah tertular penyakit tersebut, akan menderita sakit berat, menularkan ke anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan banyak kematian dan cacat.
18. Vaksin berbahaya, tidak effektif, tidak dilakukan di negara maju ? Tidak benar. Karena di Indonesia ada orang-orang yang tidak mengerti tentang vaksin dan imunisasi, hanya mengutip dari “ilmuwan” tahun 1950 -1960 yang ternyata bukan ahli vaksin, atau berdasar data-data 30 – 40 tahun lalu (1970 – 1980an) atau hanya dari 1 sumber yang tidak kuat. Atau dia mengutip Wakefield spesialis bedah, bukan ahli vaksin, yang penelitiannya dibantah oleh banyak tim peneliti lain, dan oleh majalah resmi kedokteran Inggris British Medical Journal Februari 2011 penelitian Wakefield dinyatakan salah atau bohong. Ia hanya berdasar kepada 1 – 2 laporan kasus yang tidak diteliti lebih lanjut secara ilmiah, hanya berdasar logika biasa. Badan penelitian di berbagai negara membuktikan bahwa dengan meningkatkan cakupan imunisasi, maka penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi berkurang secara bermakna. Oleh karena itu, saat ini program imunisasi dilakukan terus menerus di 194 negara, termasuk negara dengan sosial ekonomi tinggi dan negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam.
19. ASI, gizi, dan suplemen herbal sudah cukup menggantikan imunisasi .Tidak ada satupun badan penelitian di dunia yang menyatakan bisa, karena kekebalan yang dibentuk sangatlah berbeda. ASI, gizi, suplemen herbal, kebersihan, hanya memperkuat pertahanan tubuh secara umum, karena tidak membentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tertentu. Kalau jumlah kuman banyak dan ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi, sehingga masih bisa sakit berat, cacat atau bahkan mati. Imunisasi merangsang pembentukan antibodi dan kekebalan seluler yang spesifik terhadap kuman-kuman atau racun kuman tertentu, sehingga bekerja lebih cepat, efektif, dan efisien untuk mencegah penularan penyakit yang berbahaya. Selain diberi imunisasi, bayi harus diberi ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan gizi lengkap dan seimbang, kebersihan badan, makanan, minuman, pakaian, mainan, dan lingkungan. Suplemen diberikan sesuai kebutuhan individual yang bervariasi. Selain itu bayi harus diberikan kasih sayang dan stimulasi bermain untuk mengembangkan kecerdasan, kreatifitas dan perilaku yang baik.
20. Imunisasi dan Konspirasi Zionisme di dalamnya. Tidak benar. Jika dirunut sejarah vaksin modern yang dilakukan oleh Flexner Brothers, dapat ditemukan bahwa kegiatan mereka dalam penelitian tentang vaksinasi pada manusia didanai oleh Keluarga Rockefeller. Di dunia internasional banyak yayasan sosial yang mendanai penelitian ilmiah tentang vaksin dan masalah kesehatan masyarakat lainnya. Memang Rockefeller sendiri adalah salah satu keluarga Yahudi yang paling berpengaruh di dunia tetapi sebenarnya mereka adalah pendiri WHO dan lembaga strategis lainnya (The UN’s WHO was established by the Rockefeller family’s foundation in 1948 – the year after the same Rockefeller cohort established the CIA. Two years later the Rockefeller Foundation established the U.S. Government’s National Science Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s Public Health Service (PHS). Yayasan Rockefeller yang berdiri sejak tahun 1913 dan kredibilitasnya telah diakui dunia kesehatan Internasional yang berupaya meningkatkan kesehatan global dengan bekerja untuk mengubah sistem kesehatan sehingga lebih mudah diakses dan terjangkau masyarakat tidak mampu. Yayasan kesehatan dunia ini juga menghubungkan jaringan surveilans penyakit global untuk membantu mereka yang berjuang meminimalkan penyebaran penyakit menular yang dapat menyebabkan pandemi. Yayasan ini juga meningkatkan monitoring, deteksi dan respon terhadap penyakit menular seperti Ebola, SARS, dan flu burung untuk mencegah pandemi. Memperluas penggunaan teknologi untuk meningkatkan perawatan kesehatan. Melibatkan sektor swasta untuk bekerja dengan sektor publik dalam mengembangkan praktik dan kebijakan untuk menyediakan dan mendanai pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Sikap orang tua dalam menghadapi kampanye hitam
* Bila mendengar dan mengetahui kontroversi tersebut, maka pasti akan membingungkan masyarakat awam. Hal ini terjadi karena yang memberikan informasi yang tidak benar tersebut adalah para ahli kedokteran tetapi yang tidak berkompeten sesuai keahliannya. Untuk menyikapinya kita harus cermat dan teliti dan berpikiran lebih jernih. Kalau mengamati beberapa penelitian yang mendukung adanya berbagai kejadian berhubungan dengan imunisasi, mungkin benar sebagai pemicu atau sebagai co-accident atau kebetulan.
* Penelitian yang menunjukkan hubungan keterkaitan imunisasi dan berbagai hal yang tidak benar hanya dilihat dalam satu kelompok kecil (populasi). Secara statistik hal ini hanya menunjukkan hubungan, tidak menunjukkan sebab akibat. Kita juga tidak boleh langsung terpengaruh pada laporan satu atau beberapa kasus, misalnya bila orang tua anak autism berpendapat bahwa anaknya timbul gejala autism setelah imunisasi. Kesimpulan tersebut tidak bisa digeneralisasikan terhadap anak sehat secara umum (populasi lebih luas). Kalau itu terjadi bisa saja kita juga terpengaruh oleh beberapa makanan yang harus dihindari oleh penderita autism juga juga akan dihindari oleh anak sehat lainnya. Jadi logika tersebut harus dicermati dan dimengerti.
* Menanggapi tantangan tersebut, Prof Sri Rezeki Hadinegoro, Ketua Pelaksana Konferensi Vaksin Se-Asia 3 mengatakan, pemerintah bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melakukan pendekatan kepada ulama dan masyarakat untuk memberikan pemahaman yang benar. “Kami tidak melawan pemahaman kelompok antivaksin, tetapi jangan memutarbalikkan fakta pada masyarakat,” kata Sri dalam acara jumpa pers pelaksanaan Konferensi Vaksinasi Asia Ke-3 di Jakarta, Kamis (28/7/2011).
* Ketua Bidang Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama menambahkan, masyarakat seharusnya tidak perlu mengkhawatirkan keamanan dan kehalalan vaksin yang beredar. “Pemerintah menjamin semua vaksin yang beredar sesuai kaidah-kaidah yang berlaku. Pada kasus kontroversi vaksin meningitis untuk jemaah haji, kami mengikuti saran MUI,” katanya.
* Persoalan black campaign dari vaksin ternyata juga ditemui di negara-negara lain, misalnya di Filipina. Menurut Enrique Tayag, President of Philliphine Foundation for Vaccination, kelompok antivaksin juga menjadi tantangan. “Bagaimanapun masyarakat harus diingatkan manfaat vaksin untuk kesehatan anak jauh lebih besar daripada efek samping yang ditakutkan,” katanya dalam kesempatan yang sama. Hambatan lain adalah munculnya kelompok-kelompok antivaksinasi yang menyebabkan kampanye hitam dengan membawa faktor agama dan budaya. Biasanya kelompok tertentu yang menyebarkan kampanye hitam imunisasi demi kepentingan pribadi khususnya dalam kepentingan bisnis terselubung yang mereka lakukan. Sebagian kelompok ini adalah yang dilakukan oleh oknum pelaku naturopathy, homeopathy, food combining, atau bisnis terapi herbal. Sebagian dari kelompok ini juga dilakukan oleh dokter bahkan beberapa profesor. Tetapi semuanya bukan berasal dari ahli medis, dokter atau profesior yang berkompeten di bidangnya seperti ahli kesehatan anak, ahli vaksin, ahli imunologi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa banyak juga dokter atau profesor yang bergerak di bidang bisnis terapi alternatif atau non medis. Meski sebenarnya ilmu dan aliran terapi alternatif tersebut pada umumnya sangat baik, tetapi sayangnya sebagian kecil di antara mereka demi keberhasilan bisnis mereka mengorbankan kepentingan anak di dunia dengan menyebarkan informasi tidak benar dan menyesatkan.
supported by :
CHILDREN GRoW UP CLINIC Yudhasmara Foundation Inspirasi Orangtua Cerdas, Tumbuhkan Anak Semakin Sehat, Kuat dan Pintar – http://childrengrowup.wordpress.com
Artikel: Kompas.com publikasi kembali oleh Moslemsunnah.Wordpress.com
Artikel Terkait:
~ Fatwa-Fatwa Ulama, Keterangan Para Ustadz dan Ahli Medis Di Indonesia Tentang Bolehnya Imunisasi-Vaksinasi
~ Tanya Jawab Kehalalan dan Keamanan Vaksin Bersama Dr. Soedjatmiko (Satgas Imunisasi Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia)
~ Pro Kontra Hukum Imunisasi dan Vaksinasi
~ Permasalahan Imunisasi Dan Vaksinasi Tuntas –Insya Allah-
~ Haruskah Kedokteran Modern Dan Thibbun Nabawi Dipertentangkan?
mataharihati
Mei 28, 2012 @ 11:43:28
sipp
abu farras
Mei 30, 2012 @ 11:25:06
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh….
Saya pernah mendengar sebuah wacana :
“Apakah Allah membutuhkan bantuan vaksinasi terhadap ciptaan-Nya agar makhluk-Nya tetap hidup & sehat?”
berbeda dengan obat ciptaan manusia yang memang Allah berikan akal kepada manusia untuk berusaha mencari sebab penyembuhan dari penyakit yang diturunkan-Nya.
Karena dikala itu manusia memang membutuhkan obat karena “sakit”.
Tapi vaksinasi diberikan untuk anak yang dalam keadaan “sehat” kemudian harus disuntik vaksinasi agar bisa bertahan hidup dari berbagai penyakit?
Wacana ini mengganjal di hati Saya.
Mohon penjelasan dari
ustadz,…Jazakallahu khair
Admin:
Fatwa Asy-Syaikh Bin Baz rahimahullah tentang bolehnya berobat sebelum tertimpa penyakit
Ketika beliau ditanya ditanya tentang hal ini,
ما هو الحكم في التداوي قبل وقوع الداء كالتطعيم؟
“Apakah hukum berobat dengan imunisasi sebelum tertimpa musibah?”
Beliau menjawab,
لا بأس بالتداوي إذا خشي وقوع الداء لوجود وباء أو أسباب أخرى يخشى من وقوع الداء بسببها فلا بأس بتعاطي الدواء لدفع لبلاء الذي يخشى منه لقول النبي صلى الله عليه وسلم في الحديث الصحيح: «من تصبح بسبع تمرات من تمر المدينة لم يضره سحر ولا سم (1) » وهذا من باب دفع البلاء قبل وقوعه فهكذا إذا خشي من مرض وطعم ضد الوباء الواقع في البلد أو في أي كان لا بأس بذلك من باب الدفاع، كما يعالج المرض النازل، يعالج بالدواء المرض الذي يخشى منه
.
“La ba’sa (tidak masalah) berobat dengan cara seperti itu jika dikhawatirkan tertimpa penyakit karena adanya wabah atau sebab-sebab lainnya. Dan tidak masalah menggunakan obat untuk menolak atau menghindari wabah yang dikhawatirkan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih (yang artinya),“Barangsiapa makan tujuh butir kurma Madinah pada pagi hari, ia tidak akan terkena pengaruh buruk sihir atau racun”
Ini termasuk tindakan menghindari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga jika dikhawatirkan timbulnya suatu penyakit dan dilakukan immunisasi untuk melawan penyakit yang muncul di suatu tempat atau di mana saja, maka hal itu tidak masalah, karena hal itu termasuk tindakan pencegahan. Sebagaimana penyakit yang datang diobati, demikian juga penyakit yang dikhawatirkan kemunculannya.
Selengkapnya: https://moslemsunnah.wordpress.com/2012/04/14/fatwa-fatwa-ulama-keterangan-para-ustadz-dan-ahli-medis-di-indonesia-tentang-bolehnya-imunisasi-vaksinasi/
agus
Jul 13, 2012 @ 06:21:13
Harga vaksin sangat mahal……
dan manfaatnya belum tentu benar 100 %
karena kebenaran hanya milik Allah
kenapa diwebsite ini terkesan lebih membela / menganjurkan anak untuk divaksin……
agus
Jul 13, 2012 @ 06:24:42
kelompok hitam…..? sebenarnya yang hitam itu siapa…?gampang memberi laqob…..
danny
Jul 14, 2012 @ 09:15:47
pak agus…kesehatan dan kebenaran mutlak datang dari Allah, kita manusia diwajibkan ikhtiar, imunisisasi adalah bagian dari ikhtiar, jadi kenapa juga harus menolak dan memburuk2an vaksin,..karena bukti dan data sudah membuktikan bahwa anak yang divaksin tingkat imunitasnya lebih baik, silahkan anda cek ke lab bandingkan 10 anak sehat tanpa vaksin dan yang divaksin terhadap kekebalan katakanlah terhadap hepatitis….saya yakin ketika anda lihat hasilnya barulah anda memahami……
harga vaksin siapa bilang mahal? ini bukti anda tidak banyak tahu tentang vaksin tapi sudah menganggap buruk vaksin…..jangankan yang bayar…yang gratis pun sudah di program pemerintah pak…..
danny
Jul 15, 2012 @ 06:14:31
pak agus…kelompok hitam disebut begitu karena menyampaikan sesuatu yang menyesatkan, sebagai bukti adalah tulisan di atas itu…..
buyung abu jadid
Agu 04, 2012 @ 15:38:34
Alhamdulillah anak saya 4 orang semua sehat2, tidak satupun yang divaksin,vaksin adalah pembodohan dan proyek macam2,resep darimana yg kita percayai lebih dulu,tentu resep yg dikabarkan Allah swt yg ada di dlm Alquran dan hadist,karena ALLAH swt yg membuat kita.
abu ahmad
Agu 05, 2012 @ 09:51:12
1. Jawaban atas pertanyaan abu farras, dengan menggunakan jawaban Syaikh bin Bazrahimahulloh benar-benar bathil. Admin tidak bisa menangkap jawaban beliau, sehingga tidak mampu membedakan kondisi wabah (darurat), dengan preventif saja pada kondisi normal. Perhatikan fatwa beliau: … berobat dengan cara seperti itu jika dikhawatirkan tertimpa penyakit karena adanya wabah atau sebab-sebab lainnya….. Apakah ada wabah di Indonesia? Ataukah adanya kasus per kasus di suatu daerah tertentu (entah itu polio, campak, etc), akhirnya dijadikan sinyal bahwa Indonesia sedang terkena wabah, sehingga ada imunisasi nasional? 😀
2. Artikel ini memang benar, syarat dengan muatan kepentingan. Contoh: supported by :
CHILDREN GRoW UP CLINIC Yudhasmara Foundation Inspirasi Orangtua Cerdas, Tumbuhkan Anak Semakin Sehat, Kuat dan Pintar
Karena pesan sponsor, jadi wajib mencantumkan siapa yang mensponsori… 😀
3. Artikel 20 mitos di atas, dari segi kaidah penulisan riset ilmiah, semua isinya tidak bisa dipertanggung jawabkan. Gencar menyerang kesalahan tesis yang katanya kuno, tidak dikeluarkan oleh ahlinya, dll, tapi penulis sendiri justru menerbitkan tulisan sekelas puisi imaginasi… 😀
a. Semua sanggahan di atas, lebih bersifat opini. Tidak mencantumkan sumber rujukan teori asli, ataupun hasil riset lanjutan untuk mengkaji ulang keabsahan teori tersebut.
b. Tidak mencantumkan hasil riset yang bersifat komparasi, dengan menggunakan sampel anak yang diimunisasi dan yang tidak.
4. PERNAH BELAJAR METODOLOGI RISET GA YA, SEBELUM NULIS??? 😀
5. “Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan.”
danny
Agu 05, 2012 @ 11:59:49
Abu ahmad….coba anda teliti angka kejadian folio, campak dll setalah dan sebelum ada imunisasi di negara ini, berkat vaksin negara kita sudah bebas cacar…..
tesis yang digunakan yang anti vaksin justru aneh dan tidak dapat dipertanggung jawabkan….
sebenarnya simple aja kalau mau bukti….
silahkan kumpulkan 10 anak sehat tanpa vaksin dan 10 anak sehat dengan vaksin..silahkan cek imunitasnya di lab…..
bila berani….datangi saja langsung IDAI jaya atau satgas imunisasi saya yakin mereka akan menerima dengan tangan terbuka untuk test nya….
dulu mereka yang gencar kampanye anti vaksin ditantang seperti ini ga ada satu pun yang berani……
kalau mau dialog lebih banyak tentang vaksin saya rekomendasikan bicara dengan @dr_piprim di twitter…
rizal
Agu 15, 2012 @ 21:58:42
maaf..saya waktu SD juga di vaksin cacar, tp kenapa setelah saya dewasa tetap terjangkit cacar ya?
danny
Sep 01, 2012 @ 00:44:45
jawaban nya sama kenapa musti pakai helm kalau naek sepeda motor…toh kalo celaka tetep juga celaka…tapi bisa dibedakan antara yang pakai helm dan yang tidak resikonya…
prinsip imunisasi adalah mengenalkan virus dan bakteri tertentu hingga membantuk antibodi terhadap virus atau bakteri tersebut, sehingga dapat menimalisir efek dari perusakan oleh virus dan bakteri tersebut dan bahkan sama sekali tidak ber efek….
tulisan di atas juga sudah ada….
17. Program imunisasi gagal, karena setelah diimunisasi bayi balita masih bisa tertular penyakit tersebut ? Tidak benar. Program imunisasi di seluruh dunia tidak pernah gagal. Perlindungan vaksin memang tidak 100%. Bayi dan balita yang telah diimunisasi masih bisa tertular penyakit, tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Banyak penelitian imunologi dan epidemiologi di berbagai membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik terhadap penyakit-penyakit berbahaya. Mereka mudah tertular penyakit tersebut, akan menderita sakit berat, menularkan ke anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan banyak kematian dan cacat.
Abi Azka Dani
Okt 13, 2012 @ 13:00:49
Assalamualaikum wr. wb. Kita manusia suka lupa bahwa penyakit itu di turunkan oleh Allah dan Allah pula yg menurunkan obatnya. Apakah dengan Imunisasi menjamin 100% kita aman tidak terkena penyakit? Apakah Imunisasi itu 100% Halal? Apakah Allah menurunkan Obat untuk suatu penyakit itu Haram?
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam shahihnya, dari shahabat Abu Hurairah bahwasanya Nabi bersabda,
مَا أَنْزَلَ اللهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شَفَاءً
“Tidaklah Allah turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya”
Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa Nabi bersabda,
لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أَصَابَ الدَّوَاءُ الدَّاءَ، بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
Diriwayatkan pula dari musnad Imam Ahmad dari shahabat Usamah bin Suraik , bahwasanya Nabi bersabda,
كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَاءَتِ اْلأَعْرَابُ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: نَعَمْ يَا عِبَادَ اللهِ، تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ. قَالُوا: مَا هُوَ؟ قَالَ: الْهَرَمُ
“Aku pernah berada di samping Rasulullah b. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah I tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikhuna Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i menshahihkan hadits ini dalam kitabnya Al-Jami’ Ash-Shahih mimma Laisa fish Shahihain, 4/486)
Dari Ibnu Mas’ud , bahwa Rasulullah bersabda:
إِنَّ اللهَ لَمْ يَنْزِلْ دَاءً إِلاَّ أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً، عَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ
“Sesungguhnya Allah I tidaklah menurunkan sebuah penyakit melainkan menurunkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim, beliau menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Al-Bushiri menshahihkan hadits ini dalam Zawa`id-nya. Lihat takhrij Al-Arnauth atas Zadul Ma’ad, 4/12-13)
Di imunisasi atau tidak di imunisasi anak kita, itu adalah pilihan atas keyakinan kita masing-masing. Semuanya akan di pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT di akhirat kelak atas pilihan Kita. Buat apa kita saling ribut dan berdebat.
Seorang muslim harus selalu berbaik sangka kepada Allah dan selalu menyadari bahwa Allah akan memberikan pahala dan ampunan dari dosa dan kesalahannya manakala dia sabar ketika musibah itu menimpa padanya dan harus selalu ingat sabda nabinya yang mulia, dimana Nabi pernah bersabda,
مَا يُصِيْبَ الْمُسْلِمُ مِنْ نَصْبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذَى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةَ يُشَاكِهَا إِلَّا كَفَرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
“Tidaklah menimpa seorang muslim satu kelelahan, kesakitan, kesusahan, kesedihan, gangguan dan gundah gulana sampai terkena duri, maka itu semua menjadi penghapus dari dosa dan kesalahannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat yang lain Nabi juga bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللهُ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan menimpakan ujian musibah kepadanya.”
Maka sikap yang paling tepat bagi seorang mukmin ketika diuji dengan suatu penyakit adalah bersabar menjalani sakitnya dan terus berusaha untuk mencari obatnya. Tentu saja dengan pengobatan-pengobatan yang sesuai dengan syari’at.
Ummu Syauqi
Nov 02, 2012 @ 18:22:20
Astaghfirullaah….Allahumma Arinal Haqqo Haqqo warzuqnaa ithiba’ah wa arinal baathila baathila warzuqnaa ijtinaabah….
fina
Jul 14, 2013 @ 20:18:27
BUKU “VAKSINASI , DAMPAK, KONSPIRASI & SOLUSI SEHAT ala RASULULLAH SAW ”
March 15, 2012 at 10:36pm
Menjawab keragu-raguan umat, pro dan kontra tentang “Vaksinasi” saya menuliskan buku ini, untuk menguak rahasia kekejaman dalam Vaksinasi. Dalam buku ini tertulis tentang sejarah vaksinasi, tata cara pembuatan vaksin, fakta dari cedera vaksin, meninggal , cacat, sakit sakitan, dari Indonesia dan manca negara, Vaksin meningitis dan dampaknya, serta cara pemulihan cedera Vaksin dengan metode Rasul, serta tata cara menata kesehatan selutuh manusia, di dunia dengan cara Rasul. Untuk kebangkitan Islam sebagai Rahmat bagi seluruh alam.
Buku saya ini mendapat kritik tajam dari YKAI, Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia… dengan pertanyaan dan sanggahan terhadap apa yang saya kemukakan. Sekaligus saya jawab seluruh sanggahannya dengan berdasarkan Al Quran dan Hadits, beserta beberapa dokter dari manca negara yang memberikan Fakta kejahatan Vaksinasi.
Sambutan dari berbagai Tokoh Masyarakat : Dr. Muhammad Ali Toha Asegaf, dr. Zaidul Akbar, dr Tauhid Nur Azar, Yani Murdani S.Si, Apt, Muhammad Hakimudin SE , Jerry D Gray, Muhammad Zaeni, master Yumeiho, Ahmad Fatahillah, SE, MBA, drh Susitawati H, dr Erni S Fachran,Mars. Drg Murni, dr Dewi Gaizir, Dr. Alfian Tanjung Spd,Wartono M.Si di cetakan ke 8. Edisi Eksklusif, Hard Cover, + VCD dan bergambar. penambahan Fakta terbaru di lapangan dll.Menguak takbir kejahatan dan kerusakan Vaksinasi, berdasarkan Al Quran dan Hadits. Harga Rp 80.000
Semoga terlahir para pejuang-pejuang yang HANDAL, dan Ibu Bapak Kualitas, untuk melahirkan GENERASI DAMBAAN UMAT
Pondok Sehat An Nabawiyah
Jl. Raya Bukit No 38 serua Ciputat. 021 74639255 / 081398665033
Untuk pemesanan :
sms ke 081398665033 nama, alamat lengkap code pos, jumlah buku yang di pesan
fina
Jul 14, 2013 @ 20:31:16
Hadirilah seminar kesehatan nasional. tanggal 20 juli 2013 di STIE AHMAD DAHLAN , pukul 800 sd 12.00. tema. Konsep Kedokteran masa depan
Pembicara :
1. Prof.Dr.KH. Mustafa Ali Yaqub
2. dr Agus Rahmadi
3.Hj. Ummu Salamah SH, Hajjam
daftarkan segera ke Bp Amri , HP 08561780075, 082111996208
faaegassi
Des 16, 2013 @ 10:42:15
Tentang point terakhir, Rockefeller, yg pernah sy baca, kluarga mereka juga mendanai agresi2 militer ke negara2 muslim… so? What do u think?
anisa vitri
Mei 13, 2014 @ 07:42:16
Dasyat! Tp pas tanya MUI, katanya blh, jg insyaAllah slama blm ada cara yg lbh baik+bkn sesuatu yg haram vaksinasi+imunisasi diperbolehkn(maaf; bkn maksud diwajibkan)
lenny
Sep 09, 2014 @ 21:51:50
setelah saya bandingkan & pelajari pro kontra vaksin, & kenyataan di sekitar maka sya cenderung kontra vaksin, krn
1 vaksin =penyakit=buruk. ( memasukkan keburukan dalam badan)
2 kenapa negara maju tidak ada vaksin??
3 kasus vaksin gagal benar2 nyata di lingkungan saya
(ada yg mendadak terkena penyakit yg di vaksin (tetangga) & adikpun terkena penyakit yg di vaksin padahal dulu dia dah imunisasi lengkap. ampe opname 2minggu & berobat jalan 1tahun, temen juga ada)
4 tanpa vaksin hidup jadi sehat
(terbukti pada anak, sepupu & beberapa teman)
5 pengobatan nabi berbeda dengan vaksin, beliau menjalani pola hidup sehat seperti kurma=nutrisi/gizi=baik.
6 vaksin efektif kalo memang ada wabah di daerah tersebut ( seperti pas wabah flu burung, baru orang yg ada di lingkungan wabah di vaksin)
bukannya mengvaksin penyakit yg ga ada = sia sia.
7 pembelaan vaksin di atas tidak ilmiah & merupakan opini saja
8 vaksin makin beragam sampai ada vaksin flu ( jelas sia2) padahal flu belum ada obatny( obat2an cuma pereda gej flu aja)
makin beragam vaksin/penyakit/keburukan yg akan mengotori tubuh (mendzolimi badan)
9 banyak sekali efek negatif dari vaksin (cari tau sndiri aja ya)
10 back to nature is the best
ayu
Jun 19, 2017 @ 05:21:20
Masyaallah, dokter2 yg disebutkan diatas yg sdh melakukan riset dan found out bahaya vaksin seolah dianggap goblok oleh penulis.
Coba penulis ketemu dan ngobrol dgn para ortu korban cedera vaksin. berani ga berhadapan dan bertanggung jawab atas apa yg terjadi dgn anak mereka. Trus untuk teori herd immunity, itu terbukti tdk berlaku. Buktinya pada kasus vaksin palsu yg br terjadi blm lama ini. Vaksin palsu itu sdh berlangsung puluhan tahun, dan tersebar dibanyak rmh sakit di Jkt, korbannya pasti sdh ratusan bahkan bs ribuan anak (krn praktek tsb sdh berlangsung puluhan tahun). Vaksin palsu artinya mereka tdk divaksin. Kl bnyk yg tdk divaksin hrsnya sdh terjadi wabah di Jakarta for the last few years. Tp kenyataannya tdk ada wabah vaksin dlm kurun waktu bbrp thn belakangan. Belum lg masa berlaku vaksin dlm tubuh seseorg yg hny efektif 2-10 thn. Harusnya org2 yg masa vaksinnya sdh habis itu divaksin lg. Tp kenyataannya tidak, artinya kita2 yg dl masa kecilnya sdh divaksin, dan sdh beranjak tua dgn masa vaksin dlm tubuh yg sdh expired , jd selama ini kita hidup tanpa vaksin. dan harusnya penyakit2 yg divaksin kan itu sdh mewabah krn kita mayoritas hidup tanpa vaksin.
Anak saya ada yg divaksin dan ada yg tdk sama sekali. Yg tdk divaksin Immune system nya lbhnkuat dr yg divaksin. Itu nyata dan itu fakta. Dan bnyn cerita yg sama dr ibu2 yg anaknya ada yg divaksin dan tdk divaksin. Anak2 mrk yg tdk divaksin jauh lbh sehat dibanding yg divaksin. vaksin = menurunkan daya immune system seseorg.